Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“pencernaan yang jelek”. Per definisi dikatakan bahwa
dispesia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas.
Gejala lain yang bisa dirasakan selain rasa tidak nyaman,
juga mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (lambung merasa
penuh), kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-kentut. Gejala itu
bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut
kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan
terus-menerus.
Seberapa banyak orang yang menderita dispepsia itu?
Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang
menyebut 1 dari 10 orang, namun ada juga yang menyatakan
sekitar 25 persen dari populasi. Tentu itu angka dari
luar negeri yang dikutip dari http://familydoctor.org./
Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun
perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak
mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja.
Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam
dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50
persen dari 93 pasien yang diteliti.
Sayang, tidak hanya di Indonesia (seperti Pak Otto), di
luar negeri pun, menurut sumber di Internet, banyak orang
yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada
perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu
tidak membuat mereka merasa perlu untuk segera memeriksakan
diri ke dokter.
Padahal, menurut penelitian- masih dari luar
negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang memeriksakan diri ke
dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada
lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia
sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia
fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh
kanker lambung.
Mekanisme
Seperti yang bisa dilihat pada tabel Klasifikasi Dispepsia
berdasarkan Penyebab, sangat beragam penyebab dispepsia.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada satu teori pun yang bisa
memuaskan semua pihak dalam hal menjelaskan terjadinya
dispepsia itu. Multifaktorial, kata para peneliti.
Bahkan, pasien-pasien yang sama-sama mempunyai ulkus
(peptic ulcer), mekanisme terjadinya pun bisa berbeda.
Artinya dengan keadaan yang sama tidak selalu gejala yang
dirasakan sama.
Begitu luasnya cakupan istilah dispesia, akhirnya ada yang
menggolongkannya dengan dispepsia fungsional dan dispesia
organik.
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi tanpa
diketahui adanya kelainan struktur organ lambung (seperti
ulkus, tumor maupun kanker), mulai dari melalui pemeriksaan
klinis, biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya,
seperti USG, Endoskopi, Rontgen hingga CT Scan.
Dispepsia Fungsional
Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan
ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari saluran
pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus
bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu
terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau
gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.
Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah
menelan terlalu banyak udara. Misalnya, mereka yang mempunyai
kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka
atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan
makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya
cair).
Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau
bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan
dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol,
atau minuman yang sudah dikarbonasi.
Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan
tertentu, bila mengonsumsi makanan jenis tersebut, bisa
menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan
jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non
Steroid (OAINS), Antibiotik makrolides, metronidazole), dan
kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan
dengan keadaan dispepsia.
Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.
Penyakit Refluks Asam
Cukup sering ditemukan dispepsia akibat asam lambung yang
meluap hingga ke esofagus (saluran antara mulut dan lambung).
Karena saluran esofagus tidak cukup kuat menahan asam -yang
semestinya- tidak tumpah, karena pelbagai sebab, pada orang
tertentu asam lambung bisa tumpah ke esofagus dan menyebabkan
dispepsia. Dispepsia jenis itu bisa menyebabkan nyeri pada
daerah dada.
Diagnosis
Mencari tahu sebab (diagnosis) dari dispepsia tidaklah
mudah. Dalam dunia kedokteran, diagnosis harus ditegakkan
dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan
dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk
mengetahui dengan pasti penyebab penyakit itu relatif tidak
gampang.
Dokter harus dengan saksama membedakan antara dispepsia
yang mempunyai ulkus dan yang tidak, antara dispepsia
fungsional dan dispepsia organik. Beberapa hal yang bisa
dijadikan petunjuk oleh para dokter, yaitu sebagai berikut.
- Penelitian yang besar menunjukkan bahwa secara statistis
nyeri ulu hati yang terjadi pada malam hari dan berkurang
dengan pemberian antasid, cenderung dihubungkan dengan luka
pada lambung (peptic ulcer).
- Pada dispepsia non-ulkus, tidak terjadi komplikasi dari
perdarahan seperti kurang darah, penurunan berat badan atau
muntah-muntah.
- Nyeri atau ketidaknyamanan akibat Irritable Bowel
Syndrome dapat terjadi pada ulu hati. Untuk membedakannya
dengan dispepsia adalah dengan memperhatikan pola buang air
besar.
Dengan pemeriksaan fisik saja, sangat sukar membedakan dispepsia ulkus dan non-ulkus.
Pengobatan
Intervensi dini terhadap sakit maag yaitu dengan mengonsumsi
obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang
berlebihan dari asam lambung (jenis antasid). Bisa juga
diberikan obat yang memperbaiki motilitas lambung. Apabila
setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat,
biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus.
Pengobatan Dispepsia
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pasien, tindakan dokter adalah sebagai berikut.
* Jika mempunyai ulkus, dapat diobati dan akan diberikan
antasid atau sejenisnya. Jika mengalami infeksi (terutama
oleh H Pylori), perlu diberi antibiotika.
* Jika dokter berpikir bahwa ada obat yang sedang Anda
konsumsi menyebabkan dispepsia, Anda akan diberi obat lain.
Obat yang bisa mengurangi kadar asam di lambung Anda bisa
sangat membantu. Obat itu juga bisa membantu jika Anda
mengalami penyakit refluks asam.
Pemeriksaan Endoskopi bisa dilakukan jika sebagai berikut:
* Anda masih mengalami nyeri pada lambung meskipun telah minum obat dispepsia selama delapan minggu
* Nyeri berkurang atau hilang sesaat untuk kemudian muncul kembali
Selasa, 24 Desember 2013
Penyakit Maag (Dispepsia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar